Melaksanakan umroh mandiri kini semakin diminati oleh jamaah yang ingin beribadah dengan cara yang lebih fleksibel dan personal. Selain berfokus pada ibadah utama di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, banyak jamaah yang juga memanfaatkan kesempatan ini untuk berziarah ke tempat-tempat bersejarah di Makkah dan Madinah. Kegiatan ziarah bukan hanya sekadar wisata religi, tetapi juga sarana untuk mengenang perjuangan Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam menegakkan Islam.
Di Makkah, ada beberapa lokasi penting yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Jabal Nur dan Gua Hira, tempat Nabi Muhammad ﷺ menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Mendaki ke puncak Jabal Nur membutuhkan stamina yang cukup, namun pemandangan kota Makkah dari atas bukit akan memberikan pengalaman spiritual yang mendalam. Selain itu, Jabal Tsur juga menjadi lokasi bersejarah yang tak kalah menarik. Di sinilah Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar Ash-Shiddiq bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy ketika hijrah ke Madinah.
Bagi jamaah yang ingin menunaikan umroh tambahan, Masjid Aisyah (Tan’im) menjadi tempat miqat yang paling mudah dijangkau dari Masjidil Haram. Jaraknya hanya sekitar tujuh kilometer dan bisa ditempuh dengan taksi atau bus umum. Sementara itu, kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina juga layak dikunjungi meskipun lebih identik dengan pelaksanaan haji. Berjalan di padang Arafah atau melihat tenda-tenda di Mina memberikan gambaran nyata tentang bagaimana jutaan umat Islam berkumpul dalam ketaatan kepada Allah.
Berpindah ke Madinah, suasana religius terasa semakin kental dengan kehadiran Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah ﷺ setelah hijrah. Shalat dua rakaat di sini memiliki keutamaan yang besar, setara dengan satu kali umroh. Tak jauh dari sana, terdapat Masjid Qiblatain, tempat bersejarah di mana arah kiblat shalat umat Islam diubah dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di Makkah. Perubahan ini menjadi momen penting dalam sejarah Islam dan menguatkan identitas umat Muslim.
Salah satu lokasi paling menyentuh di Madinah adalah Jabal Uhud, tempat terjadinya Perang Uhud. Di sinilah paman Nabi ﷺ, Hamzah bin Abdul Muthalib, gugur sebagai syuhada. Saat berziarah ke makam para syuhada, jamaah disarankan menjaga adab dengan berdoa dan memberi salam tanpa berlebihan. Selain itu, terdapat pula Masjid Sab’ah atau Tujuh Masjid yang terletak di lokasi Perang Khandaq. Meskipun sebagian telah direnovasi, kawasan ini tetap menjadi saksi sejarah perjuangan Rasulullah ﷺ dan para sahabat.
Berziarah secara mandiri di Tanah Suci membutuhkan perencanaan yang matang. Jamaah umroh mandiri sebaiknya mempelajari terlebih dahulu sejarah singkat dari setiap lokasi yang akan dikunjungi agar perjalanan lebih bermakna. Mengandalkan aplikasi peta digital seperti Google Maps sangat membantu dalam menemukan arah, sementara penggunaan transportasi resmi seperti taksi berizin atau bus umum akan memastikan keamanan selama perjalanan. Hindari waktu-waktu sibuk seperti menjelang shalat Jumat, dan selalu jaga adab serta kebersihan di setiap tempat yang dikunjungi.
Ziarah ke tempat-tempat bersejarah di Makkah dan Madinah bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan batin. Melihat langsung tempat perjuangan Rasulullah ﷺ menumbuhkan rasa cinta dan penghormatan yang lebih dalam kepada beliau dan para sahabat. Ziarah menjadi pengingat bahwa Islam dibangun dengan perjuangan, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa.









